September Tidak Ceria

 




September Tidak Ceria

 

Bismillah.

Draf ini akan saya tuntaskan hari ini setelah tertunda cukup lama karena mengikuti Blog Challenge. Tantangan menulis di blog selama 7 hari ini diadakan oleh Kumpulan Emak Bloger (KEB) dalam rangka menyambut hari Bloger Nasional yang jatuh pada 27 Oktober 2023. Sebelumnya, saya mengawali bulan September dengan postingan tentang Desa Sejahtera Astra di sini.


 

1 Oktober 2023

 

Dini hari, saya mencoba menulis lagi setelah beberapa hari tidak kuasa menulis karena berbagai hal, dan yang paling membuat diri serasa dunia terhenti  adalah kepergian mama untuk selamanya.

 

Efek dari kehilangan itu, banyak hal yang saya dengar dari adik-adik karena cerita-cerita mereka, baik tentang kesan-kesannya tentang mama maupun hal lainnya. Intinya, kami bercerita dan mencoba melepaskan beban yang selama ini mengganduli hati dan pikiran.

 

Membersamai mama di detik-detik kepergiannya, adalah anugrah terindah bagi saya walau ada tangis yang mengiringinya bukan berarti saya tidak ikhlas. Namun, saya bersyukur karena saya hadir pada momen-momen terakhirnya di dunia ini. 

Menyaksikan itu semua, maka hati sekeras apakah yang tidak akan meleleh? Bahwa kehidupan kita di dunia ini betul-betul singkat dan tidak abadi. Hingga menyaksikan jenazahnya dimasukkan ke liang lahat, ditutupi dengan tanah lalu hilang lalu tinggallah kenangan yang ada di pikiran kita masing-masing.

 

Setiap anak pasti memiliki kenangannya sendiri-sendirir dan saya yakin kenangan kita tak akan sama. Penerimaan kita terhadap keberadaan orang tua kita selama hidupnya juga tak sama. 

Mungkin ada yang pernah merasa terbebani, kesal atau apa pun itu, tapi yang pasti, saat dia benar-benar pergi, barulah terasa betapa kita kehilangannya.

 

Mama pergi pada akhir September yang menjadikan Septemberku kali ini tidaklah ceria seperti harapanku saat memposting tulisan terakhir. 

Walau pada awal-awal bulan September ada banyak hal yang saya lalui yang sedianya akan saya tulis menjadi buyar semua.


 

Pekan Pertama Bulan September


 

Sekalipun pada akhirnya Septemberku berakhir dengan kesedihan, tetapi pada awal September ada kegiatan yang menggembirakan dan menginspirasi. Rencananya akan saya tulis pula, tetapi seperti biasanya, rencana hanyalah tinggal dan kenyataannya tidak terwujud.

 

Sabtu, 2 September 2023, saya bersama teman-teman dari Blogger Angin Mammiri sekaligus anggota Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) Makassar menghadiri acara “Diskusi Publik, Makassar Bebas Berekspresi.”


Acara yang diinisiasi oleh Paguyuban Korban UU ITE (PAKU ITE) dilaksanakan di Kopitiam Hertasning Makassar.

Ada banyak hal yang dibahas dalam diskusi publik ini, terutama dalam membela hak-hak digital kebebasan berekspresi di Makassar dan sekitarnya.


 

mardanurdin.com
Sumber Foto: Abby Oneti

Kegiatan selanjutnya, saya membantu promosikan jualannya putra keempatku. Ngeri-ngeri sedap rupanya berdagang via online ini. Mesti rajin-rajin buka toko alias promosi di media sosial. 


Untungnya sebagai bloger yang sudah sering dapat kerjaan menulis promosi di blog dan sesekali ditambah dengan promosi di media sosial maka kepiawaian menulis caption dan mengedit video sederhana cukup terasah. 


Sementara si owner masih malu-malu meong tampil di media sosial, maka terpaksa emaknya yang turun gunung, bantu promo wkwkwk. 

Jika kalian penasaran dengan si owner, bolehlah bertandang ke tulisan saya tentang doi di sini. 


Postingan promosi jualannya si owner bisa dilihat di bawah ini. 


Namanya Enclora


Oh yah, buah dari membantu si owner jualan, saya ketemu teman komunitas yang sedang mengikuti pelatihan di Makassar. Beliau tertarik dengan jualannya anak saya. Lalu japri-japrian dan YES, dua outher jualannya diborong sama beliau. Terima kasih Adik Arniyati.


Sumber foto: Dawiah



 

Pekan Kedua September


 

Pada awal pekan kedua, kabar bahagia datang dari sahabat saya. Beliau akan menggelar acara Mappettuada untuk putri bungsunya, tepatnya pada hari Sabtu, 9 September di Balla Lompoa Room Hotel Santika Makassar.

Acara Mappettuada merupakan awal rangkaian acara menuju proses pernikahan. 



Sumber foto: Suryani 


Tentang Mappettuada sudah pernah saya tuliskan tersendiri pada postingan di mardanurdin.com. Silahkan berkunjung ke sana yah. 


 


Sumber foto: Dawiah


Besoknya kegiatan saya berlanjut di Lotus Hall Lt.2 Hotel Four Points by Sheraton di Jl Andi Djemma No 130 pada kegiatan Rapat Koordinasi Pembekalan Dosen & Guru pamong PPG Prajabatn Gelombang 1 Tahun 2023. 


Saya hadir sebagai guru pamong bagi mahasiswa-mahasiswa yang akan mengikuti kegiatan PPG offline yang berlokasi di sekolahku.

Yang saya sukai mengikuti kegiatan seperti ini adalah  karena mendapatkan informasi dan pengetahuan baru sekaligus terjalinnya sliaturahmi dengan guru-guru se-kota Makassar, terkadang terjadi juga reuni tipis-tipis sesama guru IPA ataupun guru mata pelajaran lain.


 

Pekan Ketiga

 

Seperti pada hari-hari sebelumnya, kembali beraktivitas sebagai guru. Masuk kelas, bertemu murid-murid dengan segala tingkah lakunya.




Sumber foto: Dawiah



Rabu, 13 September, ada acara pelepasan guru purnabakti, salah seorang di antaranya adalah suami saya yang resmi pensiun pada Desember tahun 2022. 

Para purnabakti yang sudah lama pensiun pun hadir karena dirangkaikan dengan arisan Darmawanita di mana peserta arisan tidak terbatas pada guru-guru dan pegawai tata usaha yang masih aktif saja, yang sudah lama pensiun pun masih bisa ikut. Kebayang kan betapa serunya acara arisan itu. 



Sumber foto: Suarmin


 

Jum’at, 15 September saya menghadiri acara pesta pernikahan teman lama di tempat saya bertugas pertama kali di Balocci. Datang ke kampung ini bagai merajut kembali serpihan-serpihan kenangan sekitar 35 tahun lalu. 


“ibu tidak banyak berubah, masih cantik seperti dulu.”

Kata salah seorang mantan murid saya alumni tahun 1987.


Kalimat seperti ini sudah sering saya dengar saat berjumpa dengan mantan murid. Saya tidak tahu, apakah mereka menghibur atau sekadar bas abasi. Sebab tidak mungkin fisik saya tidak berubah. 


Lah, yang dulunya hanya berbobot 55 kg dengan tinggi 160 cm berubah menjadi 82 kg atau 83 kg (lupa, sudah lama tidak menimbang bobot badan) atau bisa jadi lebih dari itu, karena rasa-rasanya, baju saya menyempit lagi, hahaha. 

Mungkin maksud mereka, muka saya tidak berubah karena hidung dan teman-temannya masih nangkring di tempatnya semula, hahaha.



Sumber foto: Dawiah


 

Pekan Keempat




Sumber foto: Dawiah


Ahad, 24 September saya bersama pengurus ‘Aisyiyah Cabang Ujung  Tanah menghadiri acara Pengukuhan dan Peneguhan Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah sekota Makassar. 

 

Selasa, 26 September, kami menerima kabar kalau om, saudara mama saya meninggal dunia. Saya bersama kedua adik dan tante pun bertolak ke kampung. Beliau adalah kakak sulung mama saya. Kabarnya, sudah cukup lama sakit yang akhirnya meninggal dunia di usia 85 tahun. 

 

Kabar duka itu sepertinya membuat mama sedikit syok, terlihat dari cara beliau menanggapinya. Saat kami mau berangkat, mama berpesan, 

“jangan lama yah, cepat pulang.”

 

Seakan beliau berpesan, jangan lama-lama karena besok saya pun akan menyusul kakak saya.

Saya baru menyadarinya saat mama menyusul kakak sulungnya pada esok malamnya, pada Rabu malam, 27 September 2023. Beliau meninggal di usia 80 tahun. 

Innalillahi wainnailaihi rajiun, akhirnya keluhan-keluhan mama  atas penyakit osteoporosisnya  selama  kurang lebih 5 tahun berakhir sudah.

 

Beliau menuju Rabb-nya yang menyisakan sedikit penyesalan di dalam hati saya, sebab selama sepekan sebelum kepulangannya, saya jarang sekali duduk dan bercerita lama dengan beliau. 

Rutinitas saya menemaninya minum teh setiap pagi atau bercerita apa saja setiap sore, selama sepekan itu, nyaris tidak ada waktu.

 

Saya disibukkan dengan berbagai kegiatan dan saat saya pulang ke rumah, badan rasanya sangat lelah lalu saya tertidur. Hanya sesekali saya menengok ke kursi rodanya, dan mata kesepiannya itulah yang hingga saat ini selalu membayang-bayangi ingatan. Sesal memang tak pernah datang duluan.

 

Saya ikhlas Mama. 

Sekalipun tidak ada orang yang betul-betul bisa menerima kenyataan kalau ditinggalkan oleh orang tuanya. Setiap kali saya teringat detik-detik roh mama berpisah dengan tubuhnya, setiap itu pula saya tercenung. Bisakah saya mengalami sakaratul maut setenang Mama?

 

Bisakah saya menjadi anak salihah sehingga amalan yang saya lakukan menjadi penyejuk dan penyelamatnya di kuburan?

Semoga bisa, mari saling mendoakan agar kita  menjadi umat pilihan-Nya dan berhak menyandang status “anak salih dan salihah”

 

Akhirnya diary Septemberku  rampung juga. Alhamdulillah. 

Sekalipun September saya ini ditutup dengan kelabu dan duka masih juga menggantung di ujung hari. Namun, di ujung sana selalu ada harapan, seperti senja yang selalu menuju malam dan malam yang selalu menyambut pagi. 

 

Makassar, 27 Oktober 2023

Dawiah

 

Komentar

Postingan Populer