Jangan Berhenti Berkarya; Celoteh Calon Lansia
Hari ini sudah melewati pertengahan tahun 2022, tak terasa yah?
Padahal saya merasa juga sebenarnya, merasa kurang produktif wkwkwk.
Entah mengapa, tahun ini, hari-hariku terasa berat menjalaninya, terutama dalam hal produktivitas menulis. Lebih sering mager-mageran yang mengakibatkan bobot badan kian bertambah, heyuu… hiks … hiks..
Padahal impian untuk jalan-jalan sejak dua tahun lalu sudah terwujud. Harusnya kepuasan saya dobel karena jalan-jalannya berempat, bukan berdua saja dengan suami.
Atau karena itu, saya jalan-jalannya tidak berdua? Aaah, kata suami, saya yang kurang bersyukur. Astagfirullah!
Kembali ke perasaan saya yang kurang produktif. Mengapa merasa seperti itu?
Ceritanya, pada awal tahun 2022, saya sudah merencanakan mau nulis fiksi. Persiapannya juga sudah ada, yaitu berupa outline dan saya rencanakan selesai di pertengahan tahun. Naskah itu rencananya akan saya tayangkan di suatu platfrom baca sekaligus sebagai persiapan skripsi saya di KLIP.
Ternyata, naskah itu mandek di Bab 2. Astagfirullah, baru juga di Bab 2 sudah mandek. Itu bagaimana ceritanya?
Kemudian saya coba ingat-ingat, apa saja penyebabnya?
Setelah merenung beberapa waktu, akhirnya saya menemukan jawabannya.
- Pertama, saya sering sekali keasyikan scroll-scroll media sosial terutama Instagram, hingga lupa waktu. Ini jangan dicontoh ya teman-teman.
- Kedua, selalu menunda waktu. Niatnya mau mengerjakan pekerjaan domestik ternyata malahan asyik ngobrol. Apalagi kalau sudah ketemu dengan mama. Tadinya hanya mau temani mama ngobrol sejenak, jadinya kelamaan di rumah sebelah. Bahkan mama saya sudah tidur, saya lanjut ngobrol dengan saudara.
- Ketiga, saya tidak fokus dengan niat awal, yaitu menyelesaikan naskah. Malahan keasyikan nulis curhatan di blog, wkwkwk.
Yaah, itulah.
Saat saya cerita ke suami alias curhat. Eh, beliaunya bilang begini.
“Sudahlah, kenapa juga merasa diburu target? Kamu kan guru dan ibu, jalani saja keduanya dengan baik. Kalau urusan mengajar dan urusan beres-beres di rumah, masak dan sebagainya selesai, yah sudah.”
Kan … kan.. kan.. jawabanya terkesan kurang mendukung bukan?
Padahal ia tidak merasa tidak mendukung.
Katanya, “kalau saya tidak mendukung, buat apa bantu-bantu di dapur, cuci piring kotor, masak di saat saya melihat kamu sedang asyik di depan laptop, padahal belum tentu juga kamu nulis kan?”
Iya juga yah? Hahaha.
Suatu saat saya menemukan tulisan mentor saya, mbak Arta Juli Nava di facebook. Beliau nulis begini.
“Ciri utama orang yang sudah kehilangan passion terhadap apa yang dilakukannya adalah:
- Sering bilang, “Tapi …”
- Sering bilang, “iya sih, soalnya …”
- Jadi sering ada masalah; semisal sakit, tiba-tiba ada problem …
Nah, menurut beliau, kalau ketemu yang seperti itu, tidak usah dibujuk, diyakinkan, dsb. Karena kalau orang masih punya passion, mau diguyur masalah sampai segunung, itu tidak akan berpengaruh. Pasti pikirannya akan tetap jalan dan cari cara untuk mengerjakannya.
Tulisan itu serasa menampar kiri-kanan muka saya.
Lalu berpikir, apakah menulis itu bukan passionku?
Apakah itu sekadar hobi?
Tetapi saya senang melakukannya. Saya bahagia saat tulisan saya jadi dan ada yang membacanya.
Sebenarnya apa perbedaan passion dengan hobi? Soal ini, kalian bisa baca di sini.
Masalah curhatan saya tentang kurangnya produktivitas, mungkin karena ekspektasi saya yang terlalu tinggi. Karena kalau di hitung-hitung, sampai hari ini, setoran tulisan saya justru meningkat.
Berdasarkan data raport di KLIP, empat bulan berturut-turut, mulai Februari hingga Mei saya mendapatkan predikat You’re Excellent dengan setoran tulisan 20 dan 21. Dan, bulan lalu, yaitu bulan Juni, setoran tulisan saya terjun bebas di angka 13.
Namun, saya merasa tetap kurang produktif. Pencapaian saya masih jauh dari target.
Menerbitkan buku solo yang menjadi salah satu ukuran produktivitas saya, tahun ini, sepertinya belum bisa terwujud.
Menyelesaikan naskah fiksi saya masih berupa embrio.
Sekalipun demikian, saya harus tetap semangat. Setidaknya di pertengahan tahun ini, saya berhasil menorehkan karya cerpen fiksi bertema budaya dalam buku antologi. Alhamdulillah sebuku dengan penulis keren Mbak Kirana Kejora.
Jadi, ini tuh buku baru gaess, masih bisa PO. Beberapa penulis menuliskan cerita fiksi dengan latar belakang budaya daerahnya masing-masing. Jadi, bisa dibayangkan, betapa beragamnya cerita dalam buku ini.
Selain itu, pembaca akan disuguhi berbagai informasi tentang kekayaan budaya di Indonesia. Seru dan sangat menginspirasi, terutama mentornya yang selalu memicu semangat penulis untuk terus menggali dan menginformasikan sekaligus mencintai budaya Indonesia.
Oh yah, ada lagi satu cita-cita saya, yaitu menulis tentang lansia. Kalau yang ini, masih berupa angan-angan, soalnya saya menunggu masa itu datang, wkwkwk.
Saya kan belum lansia, baru menuju ke sana. Belum tentu juga saya meraih titel itu kan yah?
Sudahlah, mari menghibur diri.
Bahwa, hidup itu memang demikian, ada naik turunnya, ada maju mundurnya. Mari nikmati prosesnya. Semoga saya sehat dan bisa terus berkarya. Doakan ya pemirsa.
Selamat berakhir pekan, siapkan diri menyambut hari Senin besok.
Salam dari Makassar, 17 Juli 2022
Dawiah
semangat terus untuk menulis mbak, kalau ada ide sedikit langsung eksekusi, walaupun lama yang penting ada progres dan bisa berjalan. semoga karyanya segera bisa dilahirkan. Pasti seru dan ditunggu sekali
BalasHapusMemang buka Instagram itu bisa jadi jebakan ya, jadinya scroll2 atau buka2 story orang hihi.
BalasHapusBtw, Kak ... usia lansia memangnya dari usia berapa ya? (Serius nanya).
Mba, aku juga sering ngerasain iniiii 😅. Kurang produktif. Blog aja makin lama updatenya. Pake alasan Krn laptopku udh mati total, jadi mau ga mau hrs pinjam punya suami dulu 🤣. Ntrlah, nunggu bonus baru beli laptop sendiri 😁
BalasHapusKadang kan aku udah siapa2 mau nulis, atau baca buku minimal 100 halaman, tapi yg ada ke distract Ama games lah, Ama medsos lah dll. Kadang semua target di hari itu memang tercapai, tapi molor waktunya. Ya karena keganggu Ama kegiatan ga penting 🤣
Semoga yaaa kita nih makin bisa fokus kalo ngelakuin sesuatu. JD bisa lebih produktif juga.
Sama kaak sy pun sering merasa begitu. Klo dicari² penyebabnya sepertinya sy kurang fokus, krn urusannya terlalu bnyk. Tp klo tekad sy bulat, sebetulnya masalah manajemen waktu ajaa. Thanks sharingnya utk reminder diri sy lg 🙏
BalasHapusIya sama Bun, punya target tapi menjalankannya setengah hati alias nggak fokus kalau aku walhasil novelku baru bab 7 padahal cerita sudah ada di otak, alasannya banyak mau ini itulah huhu harus berubah nih mumpung tahun baru Islam awal baru yang lebih produktif aamiin
BalasHapusBiasanya kalau aku kurang produktif, aku suka nulis diary Bunda..
BalasHapusDan nulis apa aja yang aku rasain. Atau yang aga ekstrem, aku menikmati kehidupan di dunia nyata. Jadi bener-bener detoks gadget agar banyak melihat dunia sebenarnya dulu. Baru nanti ketika siap kembali menulis, aku bisa menulis hal yang aku sukai.
Keren Bunda...
Meski sempat berhenti sebentar, tapi jadi sebuah karya yang dibukukan. Rasanya terharuuu...
Sepertinya punya teman sama karena produktivitas menulisku sangat menurut, ini lagi mencoba bangkit lagi , semoga nanti kita bisa mengakhir 2022 dengan baik dan produktifitas menulisnya semakin baik. #amin
BalasHapus